Minggu, 01 Juni 2014

Struktur Sel

I.   TINJAUAN PUSTAKA
Istilah sel dalam bahasa Yunani : kytos = sel , bahasa Latin : Cella = Ruang kosong. Pertama kali digunakan oleh Robert Hooke (1635-1703) pada waktu mengamati irisan gabus dengan menggunakan mikroskop, ia melihat irisan tersebut terdiri atas ruang-ruang kecil yang berbentuk seperti kotak. Sel merupakan kesatuan dasar struktural dan fungsional makhluk hidup. Sebagai kesatuan struktural berarti makhluk hidup terdiri atas sel-sel. Makhluk hidup yang terdiri atas satu sel disebut makhluk hidup ber sel tunggal (uniseluler) dan makhluk hidup bersel banyak (multiseluler) ( Anna Poedjiadi, 2009 ).
Pada awalnya sel digambarkan pada tahun 1665 oleh seorang ilmuwan Inggris Robert Hooke yang telah meneliti irisan tipis gabus melalui mikroskop yang dirancangnya sendiri. Kata sel berasal dari bahasa latin yaitu cellula yang berarti rongga/ruangan.
Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.
Makhluk hidup (organisme) tersusun dari satu sel tunggal (uniselular), misalnya bakteri, archaea serta jumlah fungi dan protozoa. Atau dari banyak sel (multiselular). Pada organisme multiselular terjadi pembagian tugas terhadap sel penyusunnya, yang menjadi dasar bagi hirarki hidup.  
Sel adalah satuan struktural terkecil dari suatu organisme hidup. Sel disebut juga satuan fungsional makhluk hidup karena di dalam sel terjadi proses metabolisme dan berbagai proses kehidupan, seperti reproduksi dan eksresi. Makin besar ukuran tubuh makhluk hidup, makin banyak jumlah sel penyusunnya. Sebagai penyusun tubuh makhluk hidup, sel dapat dianalogikan dengan batu bata yang menyusun suatu bangunan ( Dwidjoseputro, 1994 )
Dalam biologi, sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel mampu melakukan semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel. Kebanyakan makhluk hidup tersusun atas sel tunggal, atau disebut organisme uniseluler, misalnya bakteri dan ameba. Makhluk hidup lainnya, termasuk tumbuhanhewan, dan manusia, merupakan organisme multiseluler yang terdiri dari banyak tipe sel terspesialisasi dengan fungsinya masing-masing. Tubuh manusia, misalnya, tersusun atas lebih dari 10 sel. Namun demikian, seluruh tubuh semua organisme berasal dari hasil pembelahan satu sel. Contohnya, tubuh bakteri berasal dari pembelahan sel bakteri induknya, sementara tubuh tikus berasal dari pembelahan sel telur induknya yang sudah dibuahi (Wiiliam Bechtel,2006 )
Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan.semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Oleh karena itu, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kehidupannya terpenuhi.
Semua organisme selular terbagi kedalam dua golongan besar berdasarkan arsitektur basal dari selnya, yaitu organisme prokariota dan organisme eukariota. Organisme prokariota tidak memiliki inti sel dan mempunyai organisasi internal sel yang relatif lebih sederhana. Prokariota terbagi menjadi dua kelompok yang besar, yaitu eubakteria yang meliputi hampir seluruh jenis bakteri, dan archaea. Kelompok prokariota sangat mirip dengan bakteri dan berkembang biak dilingkungan yang ekstrem seperti sumber air panas yang bersifat asam atau air yang mengandung garamyang sangat tinggi. Genom prokariota terdiri dari kromosom tunggal yang melingkar, tanpa organisasi DNA ( Asnani, 2009 )




II.   HASIL PENGAMATAN
Gambar Hasil Pengamatan
Preparat : sel gabus ( Manimut utilisima )
Pembesaran 10 x




                  
penjelasan :
Sel gabus merupakan sel kosong atau mati, di katakan kosong dikarnakan tidak adanya intisel dan organ oragan lain nya.
Preparat : sel bawang merah ( Alium cepa )
Pembesaran 10 x




penjelasan :
Sel bawang merupakan sel hidup, dapat kita lihat gambar di atas terlihat bahwa di dalam dinding sel memiliki inti sel (nukleus).
Preparat : sel hidrila ( Hydrilla verticilata )
Pembesaran 10 x










Pengamatan :
Telah kita lihat bahwa sel hidrilla berwarna hijau yang di penuhi oleh butir-butur klorofil yang memenuhi sel hidrilla. Dan hidrila memiliki aliran cairan sitoplasma.
Prepasat : sel hewan atau sel mukosa
Pembesaran 10 x




Penjelasan :
Setelah kita lihat bahwa sel hewan bentik nya tidak beraturan, di sebabkan tidak adanya diding sel yang di miliki sel hewan.



III.   PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan, kita dapat membedakan antara sel tumbuhan dan sel hewan. Diantaranya :
  Pada Sel Tumbuhan
1.      Dinding sel atau membran plasma adalah struktur terluar sel yang memiliki fungsi untuk melindungi dan menyokong atau memberi bentuk sel. Penyusun dinding sel adalah selulosa, hemiselulosa, senyawa pektin, senyawa lemak, kutin, suberin, dan lilin. Karena dinding sel sangat kuat dan kaku, untuk kombinasi atau hubungan antara sitoplasma satu sel dengan sitoplasma sel lainnya, perlu adanya jembatan penghubung antar sel yang dinamakan plasmodesmata. Plasmodesmata berupa celah atau noktah-noktah.
2.      Inti sel yaitu organel sel yang sangat penting karena berperan dalam pengaturan/pengendalian semua proses atau aktivitas yang terjadi di dalam sel. Letak inti sel terlindung oleh membran inti. Nukleus memiliki bentuk yang bervariasi antara lain bulat, oval, lonjong atau gepeng. Hal tersebut berkaitan dengan aktifitas sel. Susunan molekul membran sel yaitu berupa lipoprotein. Nukleus atau inti sel tersusun atas tiga komponen utama, yaitu membran nukleus, plasma inti dan anak inti. Inti sel dapat di jumpai pada sel tumbuhan dan sel hewan.

 Pada Sel Hewan
1.      Membran sel adalah struktur terluar sel yang memiliki fungsi untuk melindungi dan menyokong atau memberi bentuk sel. Pada sel hewan, membrane sel merupakan komponen sel yang terletak paling luar. Membran ini tersusun dari dua lapisan yang terdiri dari fosfolipid dan protein (hipoprotein). Satu unit fosfolipid terdiri atas bagian kepal;a polar yang bersifat hidrofilik dan bagian ekor nonpolar bersifat hidrofobik.
2.      Inti sel yaitu organel sel yang sangat penting karena berperan dalam pengaturan/pengendalian semua proses atau aktivitas yang terjadi di dalam sel.
Sel dalam organisme multiseluler dapat mengalami suatu kematian terprogram yang berguna untuk pengendalian populasi sel dengan cara mengimbangi perbanyakan sel, misalnya untuk mencegah munculnya tumor. Kematian sel juga berguna untuk menghilangkan bagian tubuh yang tidak diperlukan. Contohnya, pada saat pembentukan embrio, jari-jari pada tangan atau kaki manusia pada mulanya saling menyatu, namun kemudian terbentuk berkat kematian sel-sel antarjari. Dengan demikian, waktu dan tempat terjadinya kematian sel, sama seperti pertumbuhan dan pembelahan sel, merupakan proses yang sangat terkendali. Kematian sel semacam itu terjadi dalam proses yang disebut apoptosis yang dimulai ketika suatu faktor penting hilang dari lingkungan sel atau ketika suatu sinyalinternal diaktifkan. Gejala awal apoptosis ialah pemadatan nukleus dan fragmentasi DNA yang diikuti oleh penyusutan sel.
Kemampuan sel untuk berkomunikasi, yaitu menerima dan mengirimkan sinyal dari dan kepada sel lain, menentukan interaksi antar organisme uniseluler  serta mengatur  fungsi  dan  perkembangan  tubuh  organisme multiseluler. Misalnya, bakteri berkomunikasi satu sama lain dalam proses quorum sensing ( pengindraan kuorum ) untuk menentukan apakah jumlah mereka sudah cukup sebelum membentuk biofilm, sementara sel-sel dalam embrio hewan berkomunikasi untuk koordinasi proses diferensiasi menjadi berbagai jenis sel.
Setiap sel berasal dari pembelahan sel sebelumnya, dan tahap-tahap kehidupan sel antara pembelahan sel ke pembelahan sel berikutnya disebut sebagai siklus sel. Pada kebanyakan sel, siklus ini terdiri dari empat proses terkoordinasi, yaitu pertumbuhan sel, replikasi DNA, pemisahan DNA yang sudah digandakan ke dua calon sel anakan, serta pembelahan sel. Pada bakteri, proses pemisahan DNA ke calon sel anakan dapat terjadi bersamaan dengan replikasi DNA, dan siklus sel yang berurutan dapat bertumpang tindih. Hal ini tidak terjadi pada eukariota yang siklus selnya terjadi dalam empat fase terpisah sehingga laju pembelahan sel bakteri dapat lebih cepat daripada laju pembelahan sel eukariota. Pada eukariota, tahap pertumbuhan sel umumnya terjadi dua kali, yaitu sebelum replikasi DNA (disebut fase G1gap 1) dan sebelum pembelahan sel (fase G2). Siklus sel bakteri tidak wajib memiliki fase G1, namun memiliki fase G2 yang disebut periode D. Tahap replikasi DNA pada eukariota disebut fase S (sintesis), atau pada bakteri ekuivalen dengan periode C. Selanjutnya, eukariota memiliki tahap pembelahan nukleus yang disebut fase M (mitosis).
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang di lakukan dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.       Sel tumbuhan dan sel hewan sama-sama memiliki inti sel.
2.       Sel tumbuhan memiliki dinding sel, sedangkan pada sel hewan tidak memiliki dinding sel hanya memiliki membran sel.
3.       Sel tumbuhan memiliki bentuk yang teratur, sedangkan sel hewan memiliki bentuk yang tidak beraturan.
4.       Bentuk dari sel tumbuhan terlihat rapih seperti susunan batu bata, sedangkan bentuk dari sel tumbuhan tidak rapih diibaratkan bagaikan minyak kelapa yang  tertuang dalam air jernih
5.      Suatu sel dikatakan mati apabila pada saat  dilihat di bawah mikroskop memiliki ruang-ruang kosong pada protoplasmanya, karena sel yang hidup memiliki isi pada protoplasmanya. Sel mati tersebut ditunjukan pada pengamatan sayatan gabus singkong.
6.      Suatu sel dikatakan hidup apabila mengandung protoplasma yang mencakup sitoplasma yang berisi organel-organel, seperti inti sel, plastida, mitokondria, ribosom, retikulum endoplasma, diktiosom dan mikrobodi.




Daftar pustaka
Bechtel, Wiiliam (2006) (dalam bahasa Inggris). Discovering Cell Mechanisms: The Creation of Modern Cell Biology. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 9780521812474.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-dasar Biokimia, edisi revisi, Jakarta: UI-Press



Tidak ada komentar:

Posting Komentar