Selasa, 27 Mei 2014

SEJARAH DAN PROSES PEMBUATAN KERAMIK

SEJARAH KERAMIK


Keramik diperkirakan sudah tua umurnya, sebagaimana halnya sejarah keramik diberbagai belahan Dunia, seperti China, Jepang, Mesir, Yunani, Korea, Thailand, Peru, Philipina, Vietnam dan lain sebagainya. Di mana ketrampilan membuat keramik tersebut muncul dan tumbuh secara alami, ada yang tumbuh dalam waktu yang bersamaan tanpa adanya pengaruh hubungan kebudayaan satu dengan lainnya. Kepandaian membuat keramik dapat dikatakan setua manusia semenjak mengenal api dan dapat memanfaatkannya. 
Penemuan teknik membuat keramik atau pengetahuan mengenai sifat tanah liat yang mengeras setelah dibakar, diperoleh secara tidak sengaja oleh orang primitif pada zaman Pra-sejarah. Mayer menyatakan bahwa kebanyakan seni primitif dibuat dari kayu, batu dan tanah liat, yang diciptakan untuk beberapa tujuan relegi atau tujuan yang praktis (Mayer, 1969). Awal mulanya keramik dibuat cenderung sebagai “wadah”. Inspirasi pembuatan wadah tersebut berasal  dari pemanfaatan buah-buahan berkulit tebal seperti  labu, kelapa dan sebagainya, yang isinya dikeluarkan.
Namun mengenai keberadaan atau kepastian penggunaan keramik pertama kali, hingga kini belum terungkap secara pastiHanya saja berdasarkan perkiraan yang dilandasi data emperik dan komparasi dari hasil-hasil temuan penelitian yang dilaksanakan para ahli purbakaladiperkirakan keramik mulai dibuat dan digunakan sejak tahun 15.000 SM. Sebagai kebudayaan yang sangat tua yaitu sejak manusia mengenal api. Ada pula yang memperkirakan dimulai 12.000 SM. Vincent memperkirakan 10.000 SM dan 5.000 SM (Vincent A. Roy,  1969). Norton menyebutkan sekitar 4.500 SM sudah ada yang membuat pottery dengan baik (Norton, 1960). Ada juga yang memperkirakan 6.000 SM, lihat bentuk keramik masa Neolitik berikut ini  (Art A World History,1989).



JENIS DAN PROSES PEMBUATAN KERAMIK


Ada beberapa klasifikasi untuk membedakan jenis keramik, diantaranya adalah sebagai berikut :
Keramik yang mempunyai lapisan glazur ( glazed )
Ini adalah jenis keramik yang paling banyak di pasaran untuk aplikasi lantai maupun dinding. Lapisan glazur di aplikasikan dengan temperature tinggi sehingga menyatu dengan badan keramik. Lapisan ini lah yang membuat motif desain dan tekstur keramik. Lapisan glazur membuat keramik tahan air, tahan api dan mudah dibersihkan karena sangat padat dan tidak berpori. Merk-merk terkenal dari jenis ini adalah Roman, Platinum, Kia, Mulia,Ikad, Asia tile dll.
Keramik homogenious tanpa lapisan glazur ( unglazed )
Jenis keramik ini sekarang semakin trend dengan bermacam macam desain. Tidak ada lapisan apapun yang di aplikasikan pada keramik. Pencampuran bahan utama dan motif keramik dilakukan sejak awal sebelum pembentukan body sehingga ada kesatuan warna antara bagian permukaan dan belakang. Permukaan keramik mengkilat dengan cara di polish. Keramik jenis ini biasanya lebih tebal, keras dan lebih tinggi kekuatannya dari pada glazed ceramic. Cocok untuk tempat-tempat yang trafficknya tinggi. Merk-merk terkenal dari jenis ini adalah Ezzensa, Granito, Niro, impero dll. Ada beberapa jenis permukaan keramik baik yang memakai lapisan glazur ataupun tidak.
Mengkilat dan licin
Biasa dipakai untuk keramik dinding ataupun keramik lantai dalam ruangan. Tidak cocok untuk lantai yang sering terkena air atau area servis dengan loading yang tinggi karena biasanya tidak tahan goresan.
Doff / Matte
Cocok untuk berbagai macam aplikasi hanya tidak licin dan mengkilat. Biasa dipakai di rumah dengan desain minimalis. Lebih tahan terhadap goresan.
Bertekstur kasar
Cocok dipakai untuk lantai kamar mandi, carport atau ruang terbuka yang sering terkena panas dan hujan. Jenis keramik ini tidak licin walaupun terkena air.
Cutting edge
Permukaan keramik yang sangat siku pada keempat sisinya. Keramik jenis ini dipotong setelah proses pembakaran. Hampir semua homogenius tile memakai system ini sehingga nat yang dipakai bisa sangat tipis. Namun kini produsen keramik berglazur seperti roman dan platinum juga mengembangkan keramik cutting edge.  Dari segi harga pasti lebih mahal dari pada keramik yang bukan cutting.

Membuat keramik memerlukan teknik-teknik yang khusus dan unik. Hal ini berkaitan dengan sifat tanah liat yang plastis dimana diperlukan keterampilan tertentu dalam pengolahan maupun penanganannya. Membuat keramik berbeda  dengan membuat kerajinan kayu, logam, maupun yang lainnya. 
1. Pengolahan bahan
Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai material yang belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai. Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara manual ataupun masinal. Didalam pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir, penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air. Pengurangan ukuran butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan ballmill. Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak seragam. Ukuran butir biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim digunakan adalah 60 – 100 mesh. Pencampuran dan pengadukan bertujuan untuk mendapatkan campuran bahan yang homogen/seragam. Pengadukan dapat dilakukan dengan cara manual maupun masinal dengan blunger maupun mixer. Pengurangan kadar air dilakukan pada proses basah, dimana hasil campuran bahan yang berwujud lumpur dilakukan proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi jumlah air yang terkandung sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini dapat dilakukan dengan diangin-anginkan diatas meja gips atau dilakukan dengan alat filterpress. Tahap terakhir adalah pengulian. Pengulian dimaksudkan untuk menghomogenkan massa badan tanah liat dan membebaskan gelembung-gelembung udara yang mungkin terjebak. Massa badan keramik yang telah diuli, disimpan dalam wadah tertutup, kemudian diperam agar didapatkan keplastisan yang maksimal.
2. Pembentukan
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat plastis menjadi benda-benda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk benda keramik: pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik cetak (casting).
Dalam membuat keramik dengan teknik pembentukan tangan langsung, ada beberapa metode yang dikenal selama ini: teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), dan teknik lempeng (slabbing).
1.Pembentukan dengan teknik putar
Pembentukan dengan teknik putar adalah keteknikan yang paling mendasar dan merupakan kekhasan dalam kerajinan keramik. Karena kekhasannya tersebut, sehingga keteknikan ini menjadi semacam icon dalam bidang keramik. Dibandingkan dengan keteknikan yang lain, teknik ini mempunyai tingkat kesulitan yang paling tinggi. Seseorang tidak begitu saja langsung bisa membuat benda keramik begitu mencobanya. Diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk melatih jari-jari agar terbentuk ’feeling’ dalam membentuk sebuah benda keramik. Keramik dibentuk diatas sebuah meja dengan kepala putaran yang berputar. Benda yang dapat dibuat dengan keteknikan ini adalah benda-benda yang berbentuk dasar silinder misalnya piring, mangkok, vas, guci dan lain-lain. Alat utama yang digunakan adalah alat putar (meja putar). Meja putar dapat berupa alat putar manual mapupun alat putar masinal yang digerakkan dengan listrik.
Secara singkat tahap-tahap pembentukan dalam teknik putar adalah centering (pemusatan), coning (pengerucutan), forming (pembentukan), rising (membuat ketinggian benda), refining the contour (merapikan).
2.Pembentukan dengan teknik cetak
Dalam keteknikan ini, produk keramik tidak dibentuk secara langsung dengan tangan; tetapi menggunakan bantuan cetakan/mold yang dibuat dari gipsum. Teknik cetak dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cetak padat dan cetak tuang (slip). Pada teknik cetak padat bahan baku yang digunakan adalah badan tanah liat plastis sedangkan pada teknik cetak tuang bahan yang digunakan berupa badan tanah liat slip/lumpur. Keunggulan dari teknik cetak ini adalah benda yang diproduksi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama persis. Berbeda dengan teknik putar atau pembentukan langsung,
3. Pengeringan
Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting:

·         Air pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan penyusutan berhenti.
·         Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut.
·         Air yang terserap pada permukaan partikel hilang. Tahap-tahap ini menerangkan mengapa harus dilakukan proses pengeringan secara lambat untuk menghindari retak/cracking terlebih pada tahap 1 (Norton, 1975/1976). Proses yang terlalu cepat akan mengakibatkan keretakkan dikarenakan hilangnya air secara tiba-tiba tanpa diimbangi penataan partikel tanah liat secara sempurna, yang mengakibatkan penyusutan mendadak.

Untuk menghindari pengeringan yang terlalu cepat, pada tahap awal benda keramik diangin-anginkan pada suhu kamar. Setelah tidak terjadi penyusutan, pengeringan dengan sinar matahari langsung atau mesin pengering dapat dilakukan.
4. Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku/furnace suhu tinggi. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran: suhu sintering/matang, atmosfer tungku dan tentu saja mineral yang terlibat (Magetti, 1982). Selama pembakaran, badan keramik mengalami beberapa reaksi-reaksi penting, hilang/muncul fase-fase mineral, dan hilang berat (weight loss).
1.Pembakaran biscuit
Pembakaran biskuit merupakan tahap yang sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu benda dapat disebut sebagai keramik. Biskuit (bisque) merupakan suatu istilah untuk menyebut benda keramik yang telah dibakar pada kisaran suhu 700 – 1000°C. Pembakaran biskuit sudah cukup membuat suatu benda menjadi kuat, keras, kedap air. Untuk benda-benda keramik berglasir, pembakaran biskuit merupakan tahap awal agar benda yang akan diglasir cukup kuat dan mampu menyerap glasir secara optimal.
5.Pengglasiran
Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan pembakaran glasir. Benda keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang untuk benda-benda yang besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai keinginan.




PENUTUP

Tahapan proses dalam membuat keramik saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Proses awal yang dikerjakan dengan baik, akan menghasilkan produk yang baik juga. Demikian sebaliknya, kesalahan di tahapan awal proses akan mengasilkan produk yang kurang baik juga. Sebelumnya dalam pembuatan kramik kita sudah di kenal kan dengan berbagai jenis kramik yang sering di gunakan dalam kehidupan kita yaitu glazed dan ungazed, dimana tdi sudah di jelaskan dan di lihat dari struktus lapisannya. Kemudian kita baru masuk ke prosesnya, di mana utamanya kita ada pengolahan bahan dimana kita di sini menggabungkkan bahan untuk di jadikan kramik,kemudian di lanjudkan dengan membentuk kramik dengan berbagai cara yang ingin di lakukan seperti teknik putar, teknik cetak, teknik pijat dan masih banyak yang lain. Di proses ini lah hanya orang yang berkeahlian yang dapat membuatnya karna keahliannya kita di sini akan mempengaruhi bagus atau tidaknya kramik itu di bentuk, salah satu yang tampak nanti pada saat penjualannya agar bentuknya menarik orang pembeli. Seteh proses ini maka di lanjudkan degan proses pembakaran, bertujuan untuk mengurangi air yang ada didalam bahan keramik agar kramik menjadi keras, dalam menghias kramik untuk memikat pembeli biasanya setelah pembakaran di lajutkan dengan memberi warna dengan menggunakan pewarna oksida, kemudian setelah di warnai kemudian di celupkan kramik atau di semprot  dengan lapisan kaca, kemudian baru di bakar kembali, setelah itu di angkat dan di keringkan. Begitulah proses singkatnya dan ternyata membuat kramik itu tidak semudah yang di kita kira atau mudah.
REFERENSI

http://goesmul.blogspot.com/2012/02/sejarah-keramik.html
http://www.rumahide.com/jenis-keramik

http://mazgun.wordpress.com/2008/09/26/proses-pembuatan-keramik
http://artenergic.blogspot.com/2013/04/proses-pembuatan-keramik.html


1 komentar:

  1. artikelnya sangat bermanfaat, menarik, dan mudah dipahami oleh saya gan. makasih gan artikelnya jika butuh domain hosting termurah kunjungi www.jualdomainhostingmurah.com

    BalasHapus