SEJARAH KERAMIK
Keramik
diperkirakan sudah tua umurnya, sebagaimana halnya sejarah
keramik diberbagai belahan Dunia, seperti China, Jepang, Mesir, Yunani, Korea,
Thailand, Peru, Philipina, Vietnam dan lain sebagainya. Di mana ketrampilan
membuat keramik tersebut muncul dan tumbuh secara alami, ada yang tumbuh dalam
waktu yang bersamaan tanpa adanya pengaruh hubungan kebudayaan satu dengan
lainnya. Kepandaian membuat keramik dapat dikatakan setua manusia semenjak
mengenal api dan dapat memanfaatkannya.
Penemuan teknik
membuat keramik atau pengetahuan mengenai sifat tanah liat yang mengeras
setelah dibakar, diperoleh secara tidak sengaja oleh orang primitif pada zaman
Pra-sejarah. Mayer menyatakan
bahwa kebanyakan seni primitif dibuat dari kayu, batu dan tanah liat, yang
diciptakan untuk beberapa tujuan relegi atau tujuan yang praktis (Mayer, 1969).
Awal mulanya keramik dibuat cenderung sebagai “wadah”. Inspirasi pembuatan
wadah tersebut berasal dari pemanfaatan buah-buahan berkulit tebal
seperti labu, kelapa dan sebagainya, yang isinya dikeluarkan.
Namun mengenai
keberadaan atau kepastian penggunaan keramik pertama kali,
hingga kini belum terungkap secara pasti. Hanya saja berdasarkan perkiraan yang dilandasi data emperik
dan komparasi dari hasil-hasil temuan
penelitian yang dilaksanakan para ahli purbakala, diperkirakan keramik mulai dibuat
dan digunakan sejak tahun 15.000 SM. Sebagai kebudayaan yang sangat tua yaitu
sejak manusia mengenal api. Ada pula yang memperkirakan dimulai 12.000
SM. Vincent memperkirakan
10.000 SM dan 5.000 SM (Vincent A. Roy, 1969). Norton menyebutkan sekitar 4.500
SM sudah ada yang membuat pottery dengan baik (Norton, 1960).
Ada juga yang memperkirakan 6.000 SM, lihat bentuk keramik masa Neolitik
berikut ini (Art A World History,1989).
JENIS DAN PROSES PEMBUATAN KERAMIK
Ada
beberapa klasifikasi untuk membedakan jenis keramik, diantaranya adalah sebagai
berikut :
Keramik yang mempunyai lapisan
glazur ( glazed )
Ini adalah jenis keramik yang paling banyak di pasaran untuk
aplikasi lantai maupun dinding. Lapisan glazur di aplikasikan dengan
temperature tinggi sehingga menyatu dengan badan keramik. Lapisan ini lah yang
membuat motif desain dan tekstur keramik. Lapisan glazur membuat keramik tahan
air, tahan api dan mudah dibersihkan karena sangat padat dan tidak berpori.
Merk-merk terkenal dari jenis ini adalah Roman, Platinum, Kia, Mulia,Ikad, Asia
tile dll.
Keramik homogenious tanpa lapisan
glazur ( unglazed )
Jenis keramik ini sekarang semakin trend dengan bermacam
macam desain. Tidak ada lapisan apapun yang di aplikasikan pada keramik.
Pencampuran bahan utama dan motif keramik dilakukan sejak awal sebelum
pembentukan body sehingga ada kesatuan warna antara bagian permukaan dan
belakang. Permukaan keramik mengkilat dengan cara di polish. Keramik jenis ini
biasanya lebih tebal, keras dan lebih tinggi kekuatannya dari pada glazed
ceramic. Cocok untuk tempat-tempat yang trafficknya tinggi. Merk-merk terkenal
dari jenis ini adalah Ezzensa, Granito, Niro, impero dll. Ada beberapa jenis
permukaan keramik baik yang memakai lapisan glazur ataupun tidak.
Mengkilat dan licin
Biasa dipakai untuk keramik dinding
ataupun keramik lantai dalam ruangan. Tidak cocok untuk lantai yang sering
terkena air atau area servis dengan loading yang tinggi karena biasanya tidak
tahan goresan.
Doff / Matte
Cocok untuk berbagai macam aplikasi
hanya tidak licin dan mengkilat. Biasa dipakai di rumah dengan desain
minimalis. Lebih tahan terhadap goresan.
Bertekstur kasar
Cocok dipakai untuk lantai kamar
mandi, carport atau ruang terbuka yang sering terkena panas dan hujan. Jenis
keramik ini tidak licin walaupun terkena air.
Cutting edge
Permukaan keramik yang sangat siku
pada keempat sisinya. Keramik jenis ini dipotong setelah proses pembakaran.
Hampir semua homogenius tile memakai system ini sehingga nat yang dipakai bisa
sangat tipis. Namun kini produsen keramik berglazur seperti roman dan platinum
juga mengembangkan keramik cutting edge. Dari segi harga pasti lebih
mahal dari pada keramik yang bukan cutting.
Membuat keramik memerlukan
teknik-teknik yang khusus dan unik. Hal ini berkaitan dengan sifat tanah
liat yang plastis dimana diperlukan keterampilan tertentu dalam pengolahan
maupun penanganannya. Membuat keramik berbeda
dengan membuat
kerajinan kayu, logam, maupun yang lainnya.
1.
Pengolahan bahan
Tujuan
pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai material
yang belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai.
Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara
manual ataupun masinal. Didalam pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu
yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir, penyaringan,
pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air. Pengurangan ukuran
butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan ballmill.
Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak
seragam. Ukuran butir biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim
digunakan adalah 60 – 100 mesh. Pencampuran dan pengadukan bertujuan untuk
mendapatkan campuran bahan yang homogen/seragam. Pengadukan dapat dilakukan
dengan cara manual maupun masinal dengan blunger maupun mixer. Pengurangan
kadar air dilakukan pada proses basah, dimana hasil campuran bahan yang
berwujud lumpur dilakukan proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi
jumlah air yang terkandung sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini
dapat dilakukan dengan diangin-anginkan diatas meja gips atau dilakukan dengan
alat filterpress. Tahap terakhir adalah pengulian. Pengulian dimaksudkan untuk
menghomogenkan massa badan tanah liat dan membebaskan gelembung-gelembung udara
yang mungkin terjebak. Massa badan keramik yang telah diuli, disimpan dalam
wadah tertutup, kemudian diperam agar didapatkan keplastisan yang maksimal.
2.
Pembentukan
Tahap
pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat plastis menjadi
benda-benda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk benda
keramik: pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik putar (throwing),
dan teknik cetak (casting).
Dalam
membuat keramik dengan teknik pembentukan tangan langsung, ada beberapa metode
yang dikenal selama ini: teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), dan
teknik lempeng (slabbing).
1.Pembentukan dengan teknik putar
Pembentukan
dengan teknik putar adalah keteknikan yang paling mendasar dan merupakan
kekhasan dalam kerajinan keramik. Karena kekhasannya tersebut, sehingga
keteknikan ini menjadi semacam icon dalam bidang keramik. Dibandingkan dengan
keteknikan yang lain, teknik ini mempunyai tingkat kesulitan yang paling
tinggi. Seseorang tidak begitu saja langsung bisa membuat benda keramik begitu
mencobanya. Diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk melatih jari-jari agar
terbentuk ’feeling’ dalam membentuk sebuah benda keramik. Keramik dibentuk
diatas sebuah meja dengan kepala putaran yang berputar. Benda yang dapat dibuat
dengan keteknikan ini adalah benda-benda yang berbentuk dasar silinder misalnya
piring, mangkok, vas, guci dan lain-lain. Alat utama yang digunakan adalah alat
putar (meja putar). Meja putar dapat berupa alat putar manual mapupun alat
putar masinal yang digerakkan dengan listrik.
Secara
singkat tahap-tahap pembentukan dalam teknik putar adalah centering
(pemusatan), coning (pengerucutan), forming (pembentukan), rising (membuat
ketinggian benda), refining the contour (merapikan).
2.Pembentukan dengan teknik cetak
Dalam
keteknikan ini, produk keramik tidak dibentuk secara langsung dengan tangan;
tetapi menggunakan bantuan cetakan/mold yang dibuat dari gipsum. Teknik cetak
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cetak padat dan cetak tuang (slip). Pada
teknik cetak padat bahan baku yang digunakan adalah badan tanah liat plastis
sedangkan pada teknik cetak tuang bahan yang digunakan berupa badan tanah liat
slip/lumpur. Keunggulan dari teknik cetak ini adalah benda yang diproduksi
mempunyai bentuk dan ukuran yang sama persis. Berbeda dengan teknik putar atau
pembentukan langsung,
3.
Pengeringan
Setelah
benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah
pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan
air plastis yang terikat pada badan keramik. Ketika badan keramik plastis
dikeringkan akan terjadi 3 proses penting:
·
Air pada lapisan antarpartikel lempung
mendifusi ke permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan
dan penyusutan berhenti.
·
Air dalam pori hilang tanpa terjadi
susut.
·
Air yang terserap pada permukaan
partikel hilang. Tahap-tahap ini menerangkan mengapa harus dilakukan proses
pengeringan secara lambat untuk menghindari retak/cracking terlebih pada tahap
1 (Norton, 1975/1976). Proses yang terlalu cepat akan mengakibatkan keretakkan
dikarenakan hilangnya air secara tiba-tiba tanpa diimbangi penataan partikel
tanah liat secara sempurna, yang mengakibatkan penyusutan mendadak.
Untuk
menghindari pengeringan yang terlalu cepat, pada tahap awal benda keramik
diangin-anginkan pada suhu kamar. Setelah tidak terjadi penyusutan, pengeringan
dengan sinar matahari langsung atau mesin pengering dapat dilakukan.
4.
Pembakaran
Pembakaran
merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah massa yang
rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam
sebuah tungku/furnace suhu tinggi. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi
hasil pembakaran: suhu sintering/matang, atmosfer tungku dan tentu saja mineral
yang terlibat (Magetti, 1982). Selama pembakaran, badan keramik mengalami
beberapa reaksi-reaksi penting, hilang/muncul fase-fase mineral, dan hilang
berat (weight loss).
1.Pembakaran biscuit
Pembakaran
biskuit merupakan tahap yang sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu
benda dapat disebut sebagai keramik. Biskuit (bisque) merupakan suatu istilah
untuk menyebut benda keramik yang telah dibakar pada kisaran suhu 700 – 1000°C.
Pembakaran biskuit sudah cukup membuat suatu benda menjadi kuat, keras, kedap
air. Untuk benda-benda keramik berglasir, pembakaran biskuit merupakan tahap
awal agar benda yang akan diglasir cukup kuat dan mampu menyerap glasir secara
optimal.
5.Pengglasiran
Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan
sebelum dilakukan pembakaran glasir. Benda keramik biskuit dilapisi glasir
dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk benda-benda
kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang untuk
benda-benda yang besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi glasir
pada produk keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air,
dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai keinginan.
PENUTUP
Tahapan proses dalam membuat keramik
saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Proses awal yang dikerjakan dengan
baik, akan menghasilkan produk yang baik juga. Demikian sebaliknya, kesalahan
di tahapan awal proses akan mengasilkan produk yang kurang baik juga.
Sebelumnya dalam pembuatan kramik kita sudah di kenal kan dengan berbagai jenis
kramik yang sering di gunakan dalam kehidupan kita yaitu glazed dan ungazed,
dimana tdi sudah di jelaskan dan di lihat dari struktus lapisannya. Kemudian
kita baru masuk ke prosesnya, di mana utamanya kita ada pengolahan bahan dimana
kita di sini menggabungkkan bahan untuk di jadikan kramik,kemudian di lanjudkan
dengan membentuk kramik dengan berbagai cara yang ingin di lakukan seperti
teknik putar, teknik cetak, teknik pijat dan masih banyak yang lain. Di proses
ini lah hanya orang yang berkeahlian yang dapat membuatnya karna keahliannya
kita di sini akan mempengaruhi bagus atau tidaknya kramik itu di bentuk, salah
satu yang tampak nanti pada saat penjualannya agar bentuknya menarik orang
pembeli. Seteh proses ini maka di lanjudkan degan proses pembakaran, bertujuan
untuk mengurangi air yang ada didalam bahan keramik agar kramik menjadi keras,
dalam menghias kramik untuk memikat pembeli biasanya setelah pembakaran di
lajutkan dengan memberi warna dengan menggunakan pewarna oksida, kemudian
setelah di warnai kemudian di celupkan kramik atau di semprot dengan lapisan kaca, kemudian baru di bakar
kembali, setelah itu di angkat dan di keringkan. Begitulah proses singkatnya
dan ternyata membuat kramik itu tidak semudah yang di kita kira atau mudah.
REFERENSI
http://goesmul.blogspot.com/2012/02/sejarah-keramik.html
http://www.rumahide.com/jenis-keramik
http://mazgun.wordpress.com/2008/09/26/proses-pembuatan-keramik
http://artenergic.blogspot.com/2013/04/proses-pembuatan-keramik.html
artikelnya sangat bermanfaat, menarik, dan mudah dipahami oleh saya gan. makasih gan artikelnya jika butuh domain hosting termurah kunjungi www.jualdomainhostingmurah.com
BalasHapus